Wagub Kaltim Ingatkan Dampak Euforia Gratispol

SAMARINDA – Dalam suasana hangatnya perbincangan tentang kelanjutan program beasiswa Gratispol, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, menyoroti bahwa kesuksesan program ini tidak semata diukur dari pembebasan biaya perkuliahan oleh pemerintah.

Muncul dinamika baru yang perlu dihadapi sejak awal supaya efeknya tidak justru berubah menjadi persoalan di masa depan. Menurutnya, Gratispol telah mengubah wajah perguruan tinggi di Kaltim dengan signifikan dalam dua tahun belakangan.

“Pada masa awal Gratispol, euforia untuk kuliah sangat besar. Masyarakat berbondong-bondong mendaftar karena faktor biaya sudah tidak menjadi kendala,” kata Seno, Minggu (7/12/2025).

Akan tetapi, fase selanjutnya justru memerlukan kewaspadaan. 

“Seiring waktu, ketika universitas melakukan penilaian, proses penerimaan akan semakin ketat. Kompetisi pun akan semakin tinggi,” imbuhnya.

Di lain sisi, antusiasme terhadap program pendidikan gratis ini tidak hanya berasal dari dalam provinsi. Ternyata informasi mengenai Gratispol juga memikat calon mahasiswa dari daerah lain.

Seno mengatakan fenomena ini kian terlihat di perguruan tinggi ternama seperti Universitas Mulawarman.

“Banyak mahasiswa dari luar daerah yang mendaftar karena terdengar kabar bahwa Kaltim menggratiskan kuliah. Dan mereka yang datang umumnya adalah siswa-siswa berprestasi,” paparnya.

Keadaan ini, menurut Seno, mendorong pemerintah untuk melakukan pengaturan, bukan untuk membatasi, melainkan agar anak-anak asli Kaltim tetap memperoleh prioritas.

“Kami ingin putra-putri Kaltim mendapatkan haknya lebih dulu. Jangan sampai saat kompetisi terbuka berlangsung, mereka justru ketinggalan di daerah sendiri,” tegasnya.

Dari sudut pandang Seno, Gratispol bukan sekadar kebijakan yang populer, melainkan bagian dari strategi pembangunan jangka panjang.

Dia mengemukakan bahwa Kaltim tengah memperluas kolaborasi dengan sejumlah negara mitra, seperti Italia dan Tiongkok, khususnya Provinsi Anhui.

Kerja sama ini meliputi industri semen, sistem pengairan untuk perkebunan, hingga sektor manufaktur lainnya.

“Kolaborasi ini membuka lowongan kerja yang luas. Dan sekitar 70 persen dari kesempatan itu akan kami utamakan untuk lulusan asal Kaltim,” ujarnya.

Namun, dia menegaskan bahwa lulusan Gratispol tidak hanya disiapkan untuk menjadi tenaga kerja. Pemerintah juga mendorong munculnya generasi baru wirausaha.

Seno memperkirakan bahwa pada periode 2028–2029, lulusan pertama Gratispol akan mulai memasuki dunia kerja bersamaan dengan beroperasinya investasi-investasi baru di Kaltim.

Dia berharap momen tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemuda daerah.

“Saat industri baru ini berjalan, kami ingin lulusan Gratispol sudah siap mengisi berbagai posisi yang tersedia,” tegasnya.

Menurut Seno, pada hakikatnya Gratispol merupakan investasi untuk menyiapkan generasi penerus Kaltim, bukan hanya bantuan pendidikan semata.

“Kami telah membuka akses pendidikan lebar-lebar. Sekarang tergantung bagaimana anak-anak muda memanfaatkannya. Kita harus siap menghadapi transformasi, bukan hanya sekadar mengikuti arus,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top