SAMARINDA- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan sebuah ukuran kunci untuk mengetahui besarnya tenaga kerja yang belum dapat diserap oleh pasar kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan TPT sebagai persentase penduduk yang sedang aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya dari total angkatan kerja.
Pada level nasional, BPS melaporkan angka pengangguran Indonesia sebanyak 7,46 juta jiwa pada Agustus 2025.
Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 4.092 orang jika dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya. Tren penurunan ini terjadi hampir di semua kelompok: baik laki-laki maupun perempuan, serta di daerah perkotaan dan pedesaan.
Akan tetapi, persentase pengangguran di perkotaan tetap lebih tinggi, yakni 5,75 persen, sementara di pedesaan hanya 3,47 persen.
Dari segi gender, TPT laki-laki sebesar 4,85 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan yang sebesar 4,84 persen.
Berdasarkan kelompok umur, kaum muda (15–24 tahun) masih menjadi kontributor terbesar dengan TPT 16,89 persen, sementara kelompok lanjut usia (60 tahun ke atas) hanya 1,71 persen.
Dari latar belakang pendidikan, lulusan SMK masih menduduki peringkat tertinggi pengangguran nasional dengan TPT 8,63 persen, disusul oleh lulusan SMA 6,88 persen, dan perguruan tinggi 5,39 persen. TPT terendah dipegang oleh lulusan SD ke bawah, yaitu sebesar 2,30 persen.
Posisi Kalimantan Timur Secara Nasional
Dalam perbandingan antardaerah, Kalimantan Timur berada di peringkat tengah dengan TPT 5,18 persen pada Agustus 2025.
Angka ini mengalami kenaikan tipis sebesar 0,04 persen poin dari posisi 5,14 persen pada Agustus 2024.
Secara nasional, TPT Kalimantan Timur berada di atas angka rata-rata Indonesia (4,85 persen), yang mengindikasikan adanya tantangan khusus dalam penyerapan tenaga kerja di provinsi yang kaya sumber daya alam ini.
Dari total angkatan kerja Kaltim yang berjumlah 2,07 juta orang, tercatat 107.674 orang merupakan pengangguran. Sementara itu, 1,97 juta orang lainnya telah bekerja, meskipun tidak seluruhnya bekerja secara penuh.
Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan (19,05 persen), sedangkan sektor dengan penyerapan terendah adalah pengadaan listrik, gas, uap, serta pengelolaan air dan limbah (0,59 persen).
Kota Samarinda – 5,31 persen
Sebagai ibu kota provinsi, Samarinda masih mengalami kesulitan dalam menyerap tenaga kerja muda. Banyak lulusan baru SMA dan SMK yang belum dapat masuk ke dalam lapangan kerja formal.
Pengangguran Berdasarkan Pendidikan di Kaltim
Pola pengangguran di Kaltim berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan kecenderungan yang mirip dengan kondisi nasional.
Lulusan SMK masih mendominasi angka pengangguran tertinggi dengan TPT 7,72 persen.
Sementara itu, lulusan SD ke bawah memiliki TPT terendah, yakni 2,48 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun 2024, TPT lulusan SMA dan universitas justru menunjukkan peningkatan—masing-masing sebesar 0,38 dan 1,35 persen poin.
Sebaliknya, TPT untuk lulusan Diploma, SMK, SMP, dan SD ke bawah mengalami penurunan. Hal ini mengisyaratkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan di dunia kerja.
Partisipasi Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kaltim mencapai 2,07 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 6.056 orang dibanding tahun sebelumnya.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun dari 67,07 persen menjadi 66,58 persen.
Hal ini berarti, proporsi penduduk usia produktif yang aktif dalam kegiatan ekonomi mengalami penurunan.
Dari total penduduk usia kerja (3,12 juta orang), sekitar 1,04 juta orang tergolong bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan, seperti pelajar dan ibu rumah tangga.
Dari sisi jenis kelamin, TPAK laki-laki sebesar 83,14 persen jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan yang hanya 48,72 persen, yang menunjukkan masih adanya kesenjangan partisipasi tenaga kerja antara pria dan wanita di Kaltim.
